Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa harga komoditas nikel saat ini terus berfluktuasi. Hal tersebut merespon melonjaknya harga nikel yang mendekati level psikologis US$ 20.000 atau tertinggi sejak 7 bulan terakhir.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahjana menilai konflik di timur tengah yang masih berlangsung telah memicu melonjaknya harga nikel global. Pasalnya, permintaan komoditas nikel melonjak seiring kebutuhan komoditas tersebut untuk campuran pembuatan aluminium.

“Kalau banyak perang lebih banyak lagi kebutuhan nikel. Nikel aluminium untuk peralatan perang pesawat terbang semua itu. Negara lagi bagus ekonomi bagus, orang bikin pesawat terbang aluminum spesial dibutuhkan satu pesawat berapa ribu ton itu coba belajar dari material itu pengguna akhirnya apa,” kata Agus ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (26/4/2024).

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengungkapkan bahwa siklus naik turun harga berbagai komoditas, termasuk komoditas nikel, di dunia merupakan kejadian yang berulang dengan penyebab yang berbeda-beda.

“Siklus naik turunnya harga untuk semua komoditas mineral adalah suatu kejadian yang selalu berulang dengan penyebab tertentu dan mengarah ke supply demand dan stok yang berubah. Tentunya ini akan menyebabkan naik turunnya harga nikel,” jelasnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (26/4/2024).

Walaupun tidak disebutkan secara gamblang penyebab tingginya harga nikel saat ini, Irwandy mengatakan bahwa kondisi saat ini nikel masih dibutuhkan terutama untuk produksi stainless steel dan baterai kendaraan listrik, logam paduan, dan keperluan industri pesawat.

“Nikel bagaimanapun tetap dibutuhkan. Selain untuk stainless steel, juga dibutuhkan untuk baterai kendaraan listrik, logam paduan, dan logam nikel murni untuk misalnya industri pesawat,” tuturnya.

Menurut penilaiannya, tingginya harga nikel saat ini bukan merupakan pengaruh dari penundaan persetujuan kuota nikel di Indonesia. “Analisis saya tidak ada pengaruh penentuan kuota nikel,” tegasnya.

Dengan begitu, dia juga mengatakan bahwa harga nikel yang memecah rekor harga nikel tertinggi selama 7 bulan belakangan merupakan akibat dari siklus harga yang terjadi dan bukan merupakan ‘durian runtuh’ bagi Indonesia.

“Harga saat ini yang naik sekitar US$ 19.000 per ton bukan merupakan durian runtuh, tapi akibat siklus harga yang terjadi,” tandasnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Nikel RI Masih Dikucilkan AS? Ini Kabar Terbarunya


(ven)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *