Jakarta, CNBC Indonesia – Tren resesi mood atau yang sekarang disebut sebagai vibe sedang menjadi tren baru di seluruh dunia. Fenomena yang diberi nama vibecession ini sudah dua tahun menghantui hampir semua negara.

Menurut CNBC International, istilah vibecession digunakan untuk menggambarkan sentimen suram warga dunia terhadap perekonomian meskipun data finansial menunjukkan perekonomian sedang baik-baik saja.

“Kebanyakan ahli setuju bahwa permasalahan rantai pasok akibat pandemi sudah diselesaikan. Angka pengangguran juga sudah jatuh lebih rendah dibanding angka sebelum pandemi,” kata CEO Survey Monkey Eric Johnson.

Berbeda dengan resesi yang berdasarkan fakta, harga komoditas, dan pertumbuhan ekonomi – resesi mood atau vibecession sepenuhnya disebabkan oleh persepsi.

Warga global memang punya banyak alasan untuk pesimistis. Sejak pandemi berakhir, dunia dinaungi kondisi gelap seperti inflasi global dan PHK massal di seluruh dunia. Akibatnya, mayoritas penduduk dunia merasa cemas soal nasib dan kesejahteraan mereka.

Mood ekonomi warga dunia tetap tidak berubah meskipun IMF sudah menyatakan bahwa perekonomian global mendekati “pendaratan mulus” dan laju inflasi sudah terkendali.

Survei oleh SurveyMonkey menunjukkan bahwa mayoritas penduduk dewasa di sembilan negara masih berkutat dengan stress soal kondisi keuangan mereka. Sumber kecemasan mereka yang utama adalah inflasi.

Berikut adalah hasil survei tersebut:

  • Meksiko: 73%
  • Spanyol: 72%
  • Amerika Serikat: 70%
  • Australia: 70%
  • Inggris, Irlandia Utara, dan Wales: 63%
  • Jerman: 57%
  • Swiss: 55%
  • Singapura: 49%
  • Prancis: 48%

[Gambas:Video CNBC]

(dem/dem)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *